Siapkah Indonesia Menjadi Negara Maju?

Indonesia ditetapkan sebagai negara maju oleh Kantor Perwakilan Perdagangan AS (USTR) di Badan Perdagangan Dunia (WTO) pada Februari 2020 bersama dengan China, Brasil, India, dan Afrika Selatan. Penetapan status negara maju ini tentu memiliki dua perspektif, yakni optimisme dan juga kekhawatiran akan tantangan baru yang akan muncul. Dari segi tantangan, penetapan status negara maju diduga akan membuat Indonesia kehilangan fasilitas bea masuk ringan untuk ekspor produk ke AS yang kerap disebut sebagai Generalized System of Preferences (GSP). Sementara itu, penetapan status negara maju juga bisa menjadi sebuah optimisme dan suntikan motivasi bagi Indonesia terus berbenah dan memperbaiki diri.

Sebagai negara yang baru ditetapkan sebagai negara maju, Indonesia menghadapi berbagai tantangan yang muncul di tahun 2020, khususnya dalam menyongsong era Revolusi Industri ke-4. Dikutip dari Badan Koordinasi Penanaman Modal, salah satu tantangan tersebut muncul dari sektor ekonomi digital, seperti keamanan di dunia maya (cyber security), persaingan yang semakin ketat, pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM), ketersediaan akses internet yang mumpuni, dan regulasi yang belum mengikuti perkembangan zaman. Pemerintah, pelaku bisnis, dan masyarakat dituntut untuk berinovasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi.

Selain sektor ekonomi, Indonesia juga masih memiliki berbagai tantangan dalam bidang pendidikan, politik, hukum, budaya, hingga sosial. Pendidikan yang belum merata dari Sabang sampai Merauke, tingginya konflik kepentingan dan perdebatan politik dalam pembuatan kebijakan di kalangan pemerintah, lemahnya kepastian hukum dengan kebijakan yang tumpang tindih dari pusat hingga ke daerah, hingga akulturasi budaya Indonesia dengan budaya asing yang menjadi ancaman untuk memudarkan identitas nasional masih menghantui

Indonesia dalam kondisi saat ini. Belum lagi konflik yang terjadi secara domestik antarwarga dalam skala desa, RT/RW, kelurahan, dan kecamatan karena miskomunikasi atau hoax.

Pendidikan dan tantangan

Berkaitan dengan dunia pendidikan, tantangan menuju Indonesia maju menjadi semakin kompleks, bukan hanya dari segi penyediaan infrastruktur, melainkan juga kesiapan soft skills yang dimiliki oleh SDM Indonesia dalam menyambut perubahan yang terjadi. Berdasarkan kajian yang dilakukan University of the Witwatersrand, terdapat 5 kemampuan masa depan yang harus dimiliki dalam dunia karier pada tahun 2030. Lima kemampuan di masa depan tersebut, di antaranya: Cognitive flexibility, Digital literacy and computational thinking, Judgement and decision-making, Emotional and social intelligence, Creative and innovative mindset.

Perubahan yang terjadi di dunia kini berada dalam kurun waktu yang pendek, dari semula dapat diukur dalam hitungan tahun, kini perubahan dapat dilihat dalam hitungan hari atau bahkan menit. Maka dari itu, kemampuan untuk beradaptasi dan menjadi “serba bisa” menjadi tuntutan bagi SDM yang akan memasuki dunia karier di masa depan, dalam hal ini mahasiswa. Selain itu, kemampuan membaca data dan mempelajari ekosistem teknologi juga diperlukan secara lintas sektor dalam memetakan tantangan, serta peluang yang bisa diambil. Selain itu, kemampuan terhadap pemahaman atau interpretasi terhadap data yang dikerjakan oleh robot atau teknologi otomatis perlu ditajamkan untuk pengambilan keputusan yang lebih baik.

Kecerdasan emosional dan sosial juga menjadi tuntutan bagi dunia karier dengan berbagai profesi yang digantikan oleh Artificial Intelligence (AI) dan teknologi digital. Kemampuan untuk berempati dan berkolaborasi menjadi hal krusial yang harus dikembangkan mengingat sumber daya yang ada di dunia saat ini terbatas, sehingga diperlukan kerja sama yang holistik antarsektor dalam mewujudkan tujuan bersama, baik secara kelompok, organisasi, nasional, maupun internasional. Selain itu, pemikiran yang kreatif dan inovatif juga harus dikembangkan dan dilatih melalui aktivitas maupun pengalaman yang didapat selama menjalani proses perkuliahan di kampus maupun kegiatan sehari-hari.

Tantangan di dunia pendidikan ini tentunya bukan hanya menjadi tantangan bagi mahasiswa yang saat ini duduk di bangku kuliah, melainkan juga seluruh entitas pendidikan, baik di sekolah hingga perguruan tinggi. Kesiapan SDM, dalam hal ini guru dan dosen dalam menyikapi perubahan dan mekanisme pendidikan yang semakin dinamis dan terus berkembang harus terus belajar dan belajar. Keberadaan ilmu yang tak lagi hanya bisa didapatkan di ruang kelas juga menuntut dosen untuk berpikir kreatif dan inovatif dalam mempersiapkan pendidikan yang tidak hanya menghafal, melainkan memberikan solusi atau lebih jauh menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi oleh bangsa dan negara.

Selain itu, tantangan dari segi instruktur juga masih menjadi PR bagi dunia pendidikan Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat ketika pandemi COVID-19 menuntut Indonesia dan berbagai negara lain untuk menjalankan Study From Home (SFH) atau Work From Home (WFH), di mana teknologi digital menjadi medium yang berperan sangat penting untuk menunjang keberhasilan dari proses pendidikan itu sendiri. Keberadaan platform e-learning yang semula dipandang sebagai komplemen dalam proses pendidikan, kini menjadi aktor utama yang berperan penting dalam masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Aneka platform telekonferensi, seperti Google Hangouts Meet, Zoom, Cisco Webex, Microsoft Teams mengalami kenaikan pengguna yang signifikan. Berdasarkan data dari situs riset aplikasi, App Annie, aplikasi telekonferensi ini telah diunduh lebih dari 62 juta kali hanya dalam waktu sepekan (14-21 Maret 2020). Fenomena Study/Work From Home membuat MOODLE (Modular Object-Oriented Dynamic Learning Environment) juga menjadi platform pembelajaran daring andalan di masa pandemi ini.

Sayangnya beberapa infrastruktur terkendala oleh koneksi internet yang belum merata/stabil di seluruh Indonesia, kapasitas e-learning yang terbatas, kapabilitas SDM dalam operasional teknologi daring yang terbatas (gagap teknologi/gaptek), hingga transisi paradigma akan pendidikan daring yang masih dipahami sebagai sebuah metode meng-“online”-kan pendidikan tatap muka yang memiliki perbedaan karakteristik. Tentu proses perubahan yang terjadi sedemikian cepat ini menjadi proses pembelajaran berharga bagi kita semua, baik di tingkat universitas maupun pendidikan secara nasional.

Menyongsong Indonesia sebagai negara maju

Pendidikan sebagai garda terdepan dan utama dalam menciptakan SDM unggul di Indonesia mempunyai pekerjaan besar dalam mempersiapkan diri menghadapi tantangan Indonesia sebagai negara maju. Tantangan itu semata bukan hanya mempersiapkan SDM yang unggul secara akademis, melainkan juga unggul dari segi soft skills, khususnya kemampuan masa depan yang diperlukan dan harus dipersiapkan sejak dini oleh mahasiswa sebagai generasi masa depan Indonesia.

Kebijakan Kampus Merdeka yang dikemukakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim bisa menjadi langkah awal untuk memulai perubahan dan persiapan dalam rangka mewujudkan Indonesia sebagai negara maju. Empat kebijakan yang dikemukakan Mendikbud, seperti sistem akreditasi perguruan tinggi yang bersifat otomatis, hak belajar tiga semester di luar Program Studi untuk memperkaya ilmu dan pengembangan diri mahasiswa, otonomi Perguruan Tinggi Negeri dan Perguruan Tinggi Swasta untuk melakukan pembukaan atau pendirian Program Studi baru, serta kemudahan menjadi PTN Badan Hukum patut diapresiasi dan didukung oleh stakeholders pendidikan di Indonesia.

Selain itu, pelibatan mahasiswa dalam kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan dosen juga dapat dilakukan sebagai medium knowledge sharing yang efektif dalam menyelesaikan permasalahan bangsa secara nyata di lapangan. Mahasiswa tidak lagi menjadi subjek dalam kegiatan belajar-mengajar, melainkan juga bisa menjadi aktor dalam proses penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dalam memberikan sumbangsih saran dan pemikiran yang kontekstual, khususnya dalam menghadapi era Revolusi Industri ke-4. Apalagi ditunjang dengan karakteristik mahasiswa yang berada di Generasi Z yang terlahir sebagai generasi yang fasih dengan teknologi dan aneka perangkat penunjangnya.

Melalui proses pembelajaran kolaboratif inilah kita bisa menjadi negara maju yang seutuhnya melalui keterampilan yang kontekstual, pengetahuan lintas sektor, dan kemampuan melihat masalah secara nyata di lapangan, di mana kemampuan tersebut tidak dapat digantikan oleh robot, Internet of Things, dan Artificial Intelligence (AI). Perubahan akan terus-menerus terjadi dan mendisrupsi aneka sektor yang ada di dunia, namun kemampuan untuk beradaptasi dan berinovasi akan menjadi nyawa yang membentuk siklus hidup baru bagi kemajuan Indonesia dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan zaman, maupun dalam menghadapi krisis global. Pada saat itulah, Indonesia akan benar-benar siap menjadi negara maju seutuhnya.

Referensi:

BBC Indonesia. (2020, Februari 24). Indonesia disebut negara maju oleh AS: Apa dampaknya terhadap keringanan bea masuk barang impor? Diambil kembali dari BBC Indonesia: https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-51617368

BKPM Indonesia. (2020, April 26). 5 Tantangan Digital Ekonomi di Indonesia. Diambil kembali dari BKPM Indonesia: https://www.investindonesia.go.id/id/artikel-investasi/detail/5-tantangan-digital-ekonomi-di-indonesia

CNN Indonesia. (2020, Februari 24). Dicoret dari Negara Berkembang, Indonesia Belum Negara Maju. Diambil kembali dari CNN Indonesia: https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200224101848-532-477420/dicoret-dari-negara-berkembang-indonesia-belum-negara-maju

Harususilo, Y. E. (2020, Januari 25). Ini Rangkuman 4 Kebijakan Kampus Merdeka Mendikbud Nadied. Diambil kembali dari Kompas.com: https://edukasi.kompas.com/read/2020/01/25/11354331/ini-rangkuman-4-kebijakan-kampus-merdeka-mendikbud-nadiem?page=all

Lukins, S. (2019, Juli 4). Future Skills You’ll Need In Your Career By 2030. Diambil kembali dari TopUniversities.com: https://www.topuniversities.com/student-info/careers-advice/future-skills-youll-need-your-career-2030

Pertiwi, W. K. (2020, April 1). Jumlah "Download" Aplikasi Telekonferensi Naik Drastis dalam Sepekan. Diambil kembali dari Jumlah "Download" Aplikasi Telekonferensi Naik Drastis dalam Sepekan: https://tekno.kompas.com/read/2020/04/01/09310077/jumlah-download-aplikasi-telekonferensi-naik-drastis-dalam-sepekan

Sebayang, R. (2020, Februari 24). AS Jadikan RI Negara Maju, Pertimbangannya Apa? Diambil kembali dari CNBC Indonesia: https://www.cnbcindonesia.com/news/20200224095501-4-139952/as-jadikan-ri-negara-maju-pertimbangannya-apa

Sekretariat Jenderal DPR RI. (2019, Maret 15). Pendidikan Indonesia Belum Merata. Diambil kembali dari Sekretariat Jenderal DPR RI: http://www.dpr.go.id/berita/detail/id/24264/t/Pendidikan+Indonesia+Belum+Merata

Sihombing, R. F. (2020, Februari 23). Dicoret AS Sebagai Negara Berkembang, China-Indonesia Dinilai Negara Maju. Diambil kembali dari Detik.com: https://news.detik.com/internasional/d-4910504/dicoret-as-sebagai-negara-berkembang-china-indonesia-dinilai-negara-maju

 

Daniel Hermawan, S.AB., M.Si., MBA., dosen Program Studi Sarjana Ilmu Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Katolik Parahyangan mengampu mata kuliah Kreativitas dan Inovasi, Manajemen Pemasaran, dan Komunikasi Bisnis.

 

Sumber foto utama: Sagedutech 

Artikel ini dimuat pada Majalah Parahyangan Vol. VII No. 3 / 2020 / Jul - Sept